Stasiun Meteorologi Cilacap memprakirakan fenomena hujan es dan angin puting beliung masih berpeluang terjadi di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.
"Saat ini suhu udara masih cukup tinggi sehingga penguapan pun menjadi tinggi. Dengan demikian, awan Cumulunimbus (Cb) yang terbentuk menjadi sangat banyak dan semakin menjulang tinggi," kata analis cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo, di Cilacap, Rabu (26/1).
Teguh menjelaskan, kristal es terbentuk di bagian puncak awan Cb akhirnya jatuh akibat angin dari daerah tekanan udara rendah di permukaan bumi menuju daerah tekanan tinggi di bagian atas. Kristal-kristal es yang jatuh tersebut, katanya, seharusnya menjadi air hujan jika terjadi gesekan yang cukup tinggi di atas akibat pergerakan tekanan udara tersebut.
"Mungkin karena gesekan yang terjadi tidak terlalu keras, kristal-kristal es yang jatuh ke bumi tidak menjadi air, melainkan butiran es. Fenomena ini biasanya hanya terjadi dalam radius 10 kilometer," katanya.
Ia mengatakan, fenomena hujan es tidak dapat diprediksikan termasuk tidak bisa terpantau oleh pencitraan satelit. Fenomena tersebut, kata dia, sama seperti terjadinya angin puting beliung yang juga dipicu oleh terbentuknya awan Cb akibat tingginya penguapan di permukaan bumi.
"Angin kencang yang terjadi saat ini, berbeda dengan minggu lalu yang lebih disebabkan oleh pengaruh daerah pusat tekanan rendah dan badai. Angin kencang pada minggu lalu banyak terjadi di sejumlah daerah, tetapi angin puting beliung lebih bersifat lokal," katanya.
Hujan es turun di Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, pada Selasa (25/1), sekitar pukul 14.00 WIB. Seorang warga Desa Salebu, Oos (40), mengatakan, hujan es tersebut selama 15 menit. "Butirannya sebesar ujung jari tangan sehingga ketika mengenai atap rumah, bunyinya cukup keras," katanya.
Teguh menjelaskan, kristal es terbentuk di bagian puncak awan Cb akhirnya jatuh akibat angin dari daerah tekanan udara rendah di permukaan bumi menuju daerah tekanan tinggi di bagian atas. Kristal-kristal es yang jatuh tersebut, katanya, seharusnya menjadi air hujan jika terjadi gesekan yang cukup tinggi di atas akibat pergerakan tekanan udara tersebut.
"Mungkin karena gesekan yang terjadi tidak terlalu keras, kristal-kristal es yang jatuh ke bumi tidak menjadi air, melainkan butiran es. Fenomena ini biasanya hanya terjadi dalam radius 10 kilometer," katanya.
Ia mengatakan, fenomena hujan es tidak dapat diprediksikan termasuk tidak bisa terpantau oleh pencitraan satelit. Fenomena tersebut, kata dia, sama seperti terjadinya angin puting beliung yang juga dipicu oleh terbentuknya awan Cb akibat tingginya penguapan di permukaan bumi.
"Angin kencang yang terjadi saat ini, berbeda dengan minggu lalu yang lebih disebabkan oleh pengaruh daerah pusat tekanan rendah dan badai. Angin kencang pada minggu lalu banyak terjadi di sejumlah daerah, tetapi angin puting beliung lebih bersifat lokal," katanya.
Hujan es turun di Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, pada Selasa (25/1), sekitar pukul 14.00 WIB. Seorang warga Desa Salebu, Oos (40), mengatakan, hujan es tersebut selama 15 menit. "Butirannya sebesar ujung jari tangan sehingga ketika mengenai atap rumah, bunyinya cukup keras," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar