Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menetapkan 2012 sebagai Tahun Internasional Energi Terbarukan untuk Semua. Targetnya, pada 2030, semua orang di dunia sudah menggunakan energi dari sumber-sumber terbarukan.
Dia meminta pemerintah-pemerintah dunia, sektor privat serta masyarakat sipil untuk secara aktif mendukung inisiatif ini, saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi Energi Masa Depan Dunia di Abu Dhabi.
"Waktunya tepat untuk mengawali inisiatif ini," katanya.
Rencananya memiliki tiga tujuan utama -- pertama, memastikan akses universal untuk layanan-layanan energi yang modern, kedua, menggandakan tingkat efisiensi energi, dan menggandakan porsi energi terbarukan dalam campuran penggunaan energi dunia.
Menurut Sekjen PBB, ia sudah menunjuk "grup tingkat tinggi dari sektor bisnis, keuangan, pemerintahan dan masyarakat sipil untuk memajukan aksi dari inisiatif ini."
Dia meminta pemerintah-pemerintah dunia, sektor privat serta masyarakat sipil untuk secara aktif mendukung inisiatif ini, saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi Energi Masa Depan Dunia di Abu Dhabi.
"Waktunya tepat untuk mengawali inisiatif ini," katanya.
Rencananya memiliki tiga tujuan utama -- pertama, memastikan akses universal untuk layanan-layanan energi yang modern, kedua, menggandakan tingkat efisiensi energi, dan menggandakan porsi energi terbarukan dalam campuran penggunaan energi dunia.
Menurut Sekjen PBB, ia sudah menunjuk "grup tingkat tinggi dari sektor bisnis, keuangan, pemerintahan dan masyarakat sipil untuk memajukan aksi dari inisiatif ini."
"Sama sekali tidak adil atau bersih untuk lingkungan bahwa satu dari lima orang di dunia masih tidak memiliki akses ke listrik modern," katanya pada para peserta. "Tidak dapat diterima bahwa ada tiga miliar orang yang harus bersandar pada kayu, batubara, atau kotoran hewan untuk memasak atau teknologi penghangat," kata Ban Ki-moon.
Di Indonesia, akses terhadap listrik juga masih menjadi kemewahan bagi banyak orang. Pada 2011 saja,
PLN baru akan menaikkan rasio elektrifikasi -- keterhubungan orang dengan akses listrik -- menjadi 70 persen, karena di sejumlah provinsi di Indonesia Timur khususnya, rasio elektrifikasi masih di bawah 60 persen.
Tetapi, tampaknya Indonesia masih belum akan bergerak dari energi fosil. Pasalnya, campuran sumber energi (energy mix) Indonesia seperti tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional mencantumkan, pada 2025 penggunaan minyak bumi hanya 20 persen dari total konsumsi energi yang digunakan. Sedangkan gas alam 30 persen, batu bara 33 persen, biofuel (biodiesel dan bioetanol) 5 persen, panas bumi 5 persen, air 5 persen, dan sisanya sumber energi lainnya.
Artinya, jika PBB menargetkan pada 2030 dunia harus sudah berganti ke sumber energi terbarukan, maka Indonesia sampai 2025 masih akan menggantungkan 83 persen energinya pada sumber-sumber konvensional.
Di Indonesia, akses terhadap listrik juga masih menjadi kemewahan bagi banyak orang. Pada 2011 saja,
PLN baru akan menaikkan rasio elektrifikasi -- keterhubungan orang dengan akses listrik -- menjadi 70 persen, karena di sejumlah provinsi di Indonesia Timur khususnya, rasio elektrifikasi masih di bawah 60 persen.
Tetapi, tampaknya Indonesia masih belum akan bergerak dari energi fosil. Pasalnya, campuran sumber energi (energy mix) Indonesia seperti tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional mencantumkan, pada 2025 penggunaan minyak bumi hanya 20 persen dari total konsumsi energi yang digunakan. Sedangkan gas alam 30 persen, batu bara 33 persen, biofuel (biodiesel dan bioetanol) 5 persen, panas bumi 5 persen, air 5 persen, dan sisanya sumber energi lainnya.
Artinya, jika PBB menargetkan pada 2030 dunia harus sudah berganti ke sumber energi terbarukan, maka Indonesia sampai 2025 masih akan menggantungkan 83 persen energinya pada sumber-sumber konvensional.
0 komentar:
Posting Komentar