Dari penelitian terbaru yang dilakukan oleh Natur Geoscience, sejumlah gletser kecil di berbagai kawasan dunia akan mencair akibat pemanasan global. Meski demikian, gletser di gunung Himalaya masih aman.
Penelitian yang disebut: sebut paling komprehensif yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa separuh dari gletser yang berukuran kurang dari 5 kilometer persegi akan sirna seluruhnya di tahun 2100 mendatang.
Padahal, gletser berukuran ini mencakup sekitar 40% total gletser dunia.
“Meski proyeksi peningkatan tinggi permukaan laut yang kami dapatkan sama dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh IPCC, hasil yang kami temukan lebih detail dan menggambarkan kondisi per kawasan,” kata Valentina Radic, peneliti dari University of British Columbia.
Radic menyebutkan, penelitian ini memungkinkan kita mengetahui gambaran perubahan volume es secara regional dan potensi dampak yang dihasilkan terhadap persediaan air dan perubahan pada distribusi ukuran gletser.
Dari sisi dampak perubahan iklim terhadap kawasan, pada penelitian disimpulkan bahwa pada tahun 2100, gletser di Eropa akan berkurang 50 sampai 90 persen. Di pegunungan Kaukasus, pengurangan gletser mencapai 45 sampai 90 persen. Di Selandia baru, 60 sampai 85 persen gletser lenyap.
Meski penurunan jumlah gletser ini cukup dramatis, dari sisi kenaikan permukaan laut, efek hilangnya gletser tersebut diperkirakan tidak terlalu besar. Pasalnya, kontributor terbesar kenaikan permukaan air laut adalah mencairnya es di Kanada, Alaska, dan Antartika.
Selain itu, meski sejumlah kawasan dunia mengalami kehilangan gletser dalam jumlah yang cukup signifikan, ada kabar gembira bagi gletser di pegunungan Himalaya. Diperkirakan, pada tahun 2100, gunung itu hanya kehilangan sedikit saja es: nya, yakni hanya 10 sampai 15 persen saja.
Penelitian yang disebut: sebut paling komprehensif yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa separuh dari gletser yang berukuran kurang dari 5 kilometer persegi akan sirna seluruhnya di tahun 2100 mendatang.
Padahal, gletser berukuran ini mencakup sekitar 40% total gletser dunia.
“Meski proyeksi peningkatan tinggi permukaan laut yang kami dapatkan sama dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh IPCC, hasil yang kami temukan lebih detail dan menggambarkan kondisi per kawasan,” kata Valentina Radic, peneliti dari University of British Columbia.
Radic menyebutkan, penelitian ini memungkinkan kita mengetahui gambaran perubahan volume es secara regional dan potensi dampak yang dihasilkan terhadap persediaan air dan perubahan pada distribusi ukuran gletser.
Dari sisi dampak perubahan iklim terhadap kawasan, pada penelitian disimpulkan bahwa pada tahun 2100, gletser di Eropa akan berkurang 50 sampai 90 persen. Di pegunungan Kaukasus, pengurangan gletser mencapai 45 sampai 90 persen. Di Selandia baru, 60 sampai 85 persen gletser lenyap.
Meski penurunan jumlah gletser ini cukup dramatis, dari sisi kenaikan permukaan laut, efek hilangnya gletser tersebut diperkirakan tidak terlalu besar. Pasalnya, kontributor terbesar kenaikan permukaan air laut adalah mencairnya es di Kanada, Alaska, dan Antartika.
Selain itu, meski sejumlah kawasan dunia mengalami kehilangan gletser dalam jumlah yang cukup signifikan, ada kabar gembira bagi gletser di pegunungan Himalaya. Diperkirakan, pada tahun 2100, gunung itu hanya kehilangan sedikit saja es: nya, yakni hanya 10 sampai 15 persen saja.
0 komentar:
Posting Komentar